Minggu, 20 November 2016

Misi Hidup

Misi hidup tidak perlu dicari. Allah sudah memberitahu kita bahwa misi hidup manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Namun amal unggulan setiap pribadi itu unik. Maka yang biasa disebut misi hidup oleh kebanyakan orang itu sebenarnya adalah amal unggulan. Muaranya tetap ibadah pada Allah.

Hidup di dunia yang cuma sementara, sebentar, dan tidak bisa diterka kapan berakhirnya ini harus diisi dengan aktivitas-aktivitas yang mengantarkan kita menggapai kebahagiaan abadi. Maka segala aktivitas keseharian kita harus sejalan dengan misi hidup kita itu. Dan, misi hidup kita itu harus selalu kita afirmasikan setiap hari bahkan setiap desahan nafas kita, agar kita selalu ingat. Itulah mengapa kita diperintahkan shalat minimal 5 kali setiap hari. Dan itulah pentingnya kita selalu berdoa setiap memulai dan mengakhiri aktifitas apapun.

Dan ketika seseorang telah menyadari misi hidupnya sesadar-sadarnya, dan dia selalu ingat akan misi hidupnya itu disetiap desahan nafasnya, maka tiada kata malas baginya, segala yang dilakukan pasti hal-hal yang bermanfaat semata.

Rabu, 17 Agustus 2016

Pribadi Besar

Umurku kini 30 tahun. Dan aku merasa belum menjadi apa-apa. Bahwa aku bersyukur atas segala yang telah diberikanNya, iya, aku bersyukur. Namun untuk berada pada kondisi yang aku inginkan, belum, aku merasa masih jauh dari apa yang aku inginkan.

Aku bersyukur telah diberikan pekerjaan yang memadai sebagai PNS. Bahkan aku diberikan jabatan sebagai kepala di seksi yang strategis di kantorku. Aku bersyukur telah diberikan rejeki sehingga aku bisa menyiapkan tempat tinggal buat isteri dan anak-anakku nanti. Dan sekarang, aku bersyukur diberikan kesempatan untuk kuliah S2 di kampus terbaik di negeri ini, walaupun aku harus melepas jabatanku. Tidak ada alasan bagiku untuk risau tentang kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.

Yang aku sesali adalah telah 30 tahun aku menjalani hidup di dunia ini, namun belum ada hal besar yang telah aku lakukan. Kemana saja aku selama 30 tahun ini ? Alih-alih melakukan hal besar, menjadi pribadi yang berjiwa besar pun belum aku capai. Aku percaya, hal-hal besar hanya dilakukan oleh orang-orang besar. Dan bagiku, kebesaran pribadi seseorang tidak tergantung pada harta, jabatan, titel pendidikan, gelar kebangsawanan, atau fisik seseorang. Kebesaran pribadi seseorang adalah fungsi dari kebesaran jiwa dan pikirannya. Secara praktis aku menilai, orang yang dikategorikan pribadi besar adalah orang yang memiliki keyakinan yang kuat pada Allah (bertauhid), ibadahnya bagus, berakhlak mulia, dan berwawasan luas. Jika keempat kriteria tersebut berkumpul pada diri seseorang, maka bagiku, orang itu adalah pribadi besar. Dan aku mau menjadi seperti itu...

Aku akan mencoba menguraikan keempat kriteria tersebut.

Pertama, pribadi besar adalah pribadi yang memiliki keyakinan yang kuat pada Allah. Sumber motivasi bertindaknya adalah Allah. Karena dia yakin bahwa hanya Allah lah yang bisa membalas segala amal perbuatannya. Karena dia yakin bahwa semuanya akan kembali pada Allah. Dan Allah hanya akan melihat apa yang telah dia perbuat. Dia yakin bahwa semua yang terjadi berada pada kendali Allah. Dan dia yakin, selama dia mendekati Allah, selalu bersama Allah, everything gonna be alright. Dia mengutamakan Allah di atas segalanya. Inilah motivasi sejati. Cinta sejati. Ketika seorang suami memiliki keyakinan seperti ini, yakinlah, dia adalah suami terbaik yang daya cintanya kepada istrinya melebihi para lelaki yang tidak bertauhid di muka bumi ini. Cinta sejati adalah cinta yang didasari karena Allah. Cinta yang didasarkan pada selain Allah adalah cinta semu.

Kedua, pribadi besar adalah pribadi yang selain tauhidnya bagus, ibadahnya juga bagus. Rasulullah adalah orang yang paling kuat keyakinannya pada Allah, dan beliau juga orang yang paling bagus ibadahnya. Dan beliau menganjurkan kita untuk beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya ibadah. Ibadah adalah wujud nyata dan bukti keyakinan kita pada Allah. Ibadah juga nutrisi buat penguat dan penyubur keyakinan kita pada Allah. Dan ibadah, adalah wasilah bagi kita untuk mengakses pertolongan dan karunia Allah. Bukti empirik yang aku temukan adalah, orang yang ibadahnya hancur atau orang yang tidak beribadah biasanya hidupnya susah.

Ketiga, pribadi besar adalah pribadi yang akhlaknya mulia. Akhlak mulia adalah simplifikasiku terhadap kebaikan dan keindahan dari amalan hati, pikiran dan fisik seseorang. Orang yang berakhlak mulia adalah orang yang berhati, berfikiran dan berbuat segala hal yang mengandung nilai-nilai kebaikan. Sebut saja segala sikap, perbuatan dan tindakan baik di muka bumi ini, itulah akhlak mulia. Dan satu saja sikap atau perbuatan atau tindakan yang tidak baik berada pada diri seseorang, maka orang itu belum mencapai predikat akhlak mulia.

Keempat, pribadi besar adalah pribadi yang berwawasan luas. Dia adalah orang yang cerdas. Dia adalah sang pembelajar. Dia berfikiran terbuka. Dengan demikian dia bisa mencerna segala dinamika kehidupan yang dihadapinya sekaligus merespons dengan sikap terbaiknya. Wawasan luas adalah akibat dari proses belajar yang tidak pernah dia tinggalkan setiap harinya bahkan di penghujung hidupnya. Maka tidak heran mengapa Rasulullah mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu.

Minimal, keempat aspek itu harus ada pada diri seseorang untuk bisa dikatakan sebagai pribadi besar. Satu saja aspek yang kurang, maka bagiku orang tersebut belumlah menjadi pribadi besar. Dan aku ingin menjadi pribadi besar seperti itu. Bukan untuk keren-kerenan. Bukan untuk dapat pujian. Tapi karena aku ingin hidupku di dunia yang cuma sementara, sebentar, sekali dan tak terulang ini menjadi hidup yang istimewa. Dan dengan modal kepribadian besar seperti ini, aku ingin mengajukan proposalku pada Allah di akhirat nanti, di negeri yang abadi itu, untuk aku bisa masuk ke dalam syurga-Nya bersama isteri, anak-anak, orang tua dan orang-orang yang aku cintai.